Dalam catatan Mpu Prapanca (Negarakertagama) jelas ada disebut Banggawi (Banggai) Butun,wangiwangi, Selayar,dan Bontain, sebagai wilayah Kerajaan Majapahit. “…..muwah tanah i bantayan pramuka bantayan len luwuk tentang udamakatrayadhi nikanang sunusaspupul ikangsakasanusanusa makassar butun banggawi kuni gra-LIYA-o wangi (ng) salaya sumba solo muar,….”( Mattulada mengutip buku ‘Gajah Mada’ karangan Muhammad Yamin, terbitan Balai Pustaka Jakarta tahun 1945).

Minggu, 31 Juli 2011

Kisah Tanduk Alam dari Palembang

Pelestarian adat masyarakat Palembang Sumatera Selatan sejalan dengan Adat Banggai, ini dibuktikan dengan adanya cerita rakyat daerah Palembang yang mengisahkan seorang Hasan Tanduk Alam (Tandualang, versi Banggai) yang berkelana sampai ke Tanah Banggai, berikut kisah Tanduk Alam yang saya sadur dari cerita rakyat Palembang...


Zaman dahulu kala, ada seorang pemuka agama Islam dari Negeri 
Palembang, Sumatra Selatan yang bernama Hasan Tanduk Alam atau lebih dikenal dengan Tanduk Alam. Suatu ketika, ia mengembara ke Negeri Banggai untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam.Namun sebelum tiba di Negeri Banggai, ia singgah dan menetap di Tanah Sea-Sea.
Ketika pertama kali tinggal di Tanah Sea-Sea, Tanduk Alam bekerja sebagai tukang emas dan membuat berbagai macam perhiasan. Mula-mula ia menjual hasil kerajinannya ke desa-desa sambil mengajarkan agama Islam kepada  penduduk, sehingga ia tidak hanya dikenal sebagai tukang emas, tetapi juga sebagai ulama. Makin lama, Tanduk Alam pun tidak hanya dikenal di  kalangan penduduk, tetapi juga di kalangan istana Negeri Banggai. Negeri tersebut dipimpin oleh Raja Adi Cokro dan dibantu oleh empat orang basalo atau pembantu raja Pada suatu hari, kalangan istana dan  seluruh rakyat Negeri Banggai gempar,karena putri Raja Adi Cokro  tiba-tiba hilang. Sang Raja pun segera memerintahkan kepada seluruh bala  tentara dan rakyat untuk mencari putrinya. Namun, setelah mencari ke  seluruh penjuru Negeri Banggai,mereka tidak menemukan sang Putri.  Mereka hanya mendengar kabar bahwa putri Raja diculik dan disembunyikan  oleh orang-orang Tobelo di Pulau Sagu atas perintah Raja Ternate yang  ingin menguasai Kerajaan Banggai.Mendengar kabar itu, Raja Adi Cokro segera memanggil keempat basalonya untuk mengadakan perundingan.Keempat basalo tersebut segera berangkat ke Tanah Sea-Sea untuk memanggil Tanduk Alam. Beberapa lama kemudian, Tanduk Alam pun datang menghadap 
Raja dengan mengenakan pakaian kebesarannya.Keesokan harinya,  Tanduk Alam bersama keempat basalo tersebut berangkat ke Pulau Sagu  dengan menggunakan perahu layar. Dalam perjalanan menuju Pulau Sagu,  mereka pun mengatur siasat.Pada saat tengah malam, mereka pun  sampai di Pulau Sagu. Tanduk Alam pun segera naik ke pulau itu. Saat  menginjakkan kaki di Pulau Sagu, Tanduk Alam segera duduk bersila sambil  berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba  ia menghilang. Betapa terkejutnya keempat basalo tersebut menyaksikan  peristiwa itu dari atas perahu layar. Mereka takjub melihat kesaktian  yang dimiliki oleh Tanduk Alam, Sementara keempat basalo tersebut  menunggu di perahu layar sambil berjaga-jaga dari serangan musuh,  Tanduk Alam telah menyelinap masuk ke tempat disembunyikannya putri Raja  tanpa sepengetahuan orang-orang Tobelo yang sedang berjaga-jaga.  Sesampainya di tempat itu, ia melihat sang Putri dikurung di dalam  sebuah ruangan. Sementara orang-orang Tobelo yang bertugas menjaga  ruangan itu sedang tertidur lelap. Tanduk Alam pun segera membuka pintu  ruangan itu secara perlahan-lahan, lalu mendekati sang Putri yang juga  sedang tertidur dan segera membangunkannya. Alangkah terkejutnya sang  Putri saat ia terbangun dan melihat seorang pemuda berjubah di dekatnya.Sang  Putri pun menuruti perkataan Tanduk Alam. Saat sang Putri memejamkan  matanya, Tanduk Alam memegang kedua tangan sang Putri sambil membaca  doa. Sesaat kemudian, keduanya pun menghilang dari ruangan itu. Tidak  berapa lama kemudian, tiba-tiba mereka berada di atas
perahu. Betapa  terkejutnya keempat basalo tersebut saat melihat Tanduk
Alam dan sang  Putri tiba-tiba muncul di samping mereka.
Keempat basalo itu  segera melaksanakan perintah Tanduk Alam. Keesokan harinya, saat  matahari mulai terbit di ufuk timur, mereka tiba di Negeri Banggai dan  segera membawa sang Putri ke istana. Kedatangan
mereka pun disambut  meriah oleh keluarga istana dan seluruh rakyat
Negeri Banggai. Raja Adi  Cokro sangat kagum atas keberhasilan Tanduk
Alam membawa pulang putri  kesayangannya. Raja Adi Cokro pun mengakui dan memuji kemampuan dan  kesaktian Tanduk Alam,
Raja Adi Cokro pun semakin kagum terhadap  kemuliaan hati Tanduk Alam. Ia pun segera memerintahkan para pengawal  istana untuk membuka lahan perkebunan dan membersihkan rawa-rawa.  Setelah semuanya selesai, Tanduk Alam pun memulai menanam durian di  lahan perkebunan dan sagu di rawa-rawa.
Beberapa tahun kemudian,  Tanduk Alam memperolah hasil yang melimpah ruah. Hidupnya pun semakin  sejahtera. Melihat keberhasilannya itu, Tanduk Alam senantiasa mengajak  penduduk di sekitarnya untuk membuka lahan danmenanam durian dan sagu.  Penduduk sekitar pun berbondong-bondong mengikuti jejak Tanduk Alam.  Alhasil, hidup mereka pun ikut sejahtera.
Sejak itu, Tanduk Alam  semakin disukai oleh masyarakat Banggai. Dengan demikian, ia dapat  menyiarkan agama Islam di daerah Banggai dengan mudah. Apalagi setelah  ia menikah dengan putri basalo Tano Bonunungan, ia semakin mudah  melaksanakan tugasnya. Dalam waktu singkat, pemeluk agama Islam di  Negeri Banggai, khususnya di Tanah Sea-Sea dan Tano Bonunungan semakin  bertambah.Begitulah penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh  Tanduk Alam di Negeri Banggai sampai ia meninggal dunia. Untuk  menghargai jasa-jasa Tanduk Alam terhadap Negeri Banggai, masyarakat  setempat mengubur jazadnya di belakang istana Kerajaan Banggai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar