Sudah lama saya tidak pernah nulis lagi, sebenarnya sich bahan nya banyak cuman waktunya saja yang mepet, apalagi pasca lebaran kemarin. Sekarang saya mencoba menulis lagi dalam bentuk artikel khusus, yach supaya minat dan inspirasi menulis ku bisa bangkit kembali...sekalian mengobati rindu pada istriku yang sedang tugas ke pulau jawa.
Sore hari di kotaku tercinta Banggai, nampak lalu lalang orang memakai baju biru..., hmm ternyata para mahasiswa yang sedang memakai atribut KKN (Kuliah Kerja Nyata). Biru adalah warna almamater dari Universitas Tompotika Luwuk, meski yang ada di Banggai hanya kampus paralel (cabang) namun jumlah mahasiswa nya cukup banyak. Saya pun salah satu Alumnus Untika (Universitas Tompotika)....,jadi teringat dech masa-masa KKN tahun 2010 kemarin...
Saat pembagian posko atau desa tempat KKN di kampus induk (Luwuk), nama saya tercantum di wilayah kecamatan Banggai Selatan desa Malino Padas, desa yang cukup jauh dari pusat kota serta medan yang cukup menantang, ini yang membuat saya perlu melobi kembali penempatan lokasi KKN saya. Akhirnya dengan berbagai alasan dan pertimbangan yang saya ajukan, pihak universitas memberikan kebijakannya dengan memindahkan lokasi tempat KKN saya. Ditandai dengan keluarnya surat keputusan yang telah di update , maka lokasi KKN saya berpindah ke desa Monsongan kec.Banggai tengah.
Desa Monsongan
Balai desa Monsongan di sulap menjadi posko KKN.
Balai desa Monsongan di sulap menjadi posko KKN.
Desa Monsongan, desa yang terletak di sebelah barat pulau Banggai ini berjarak kurang lebih 8 Km dari kota Banggai serta dengan luas wilayah 17 Km 2. menurut saya desa ini mempunyai keeksotisan tersendiri, pemukiman penduduk yang berada di relief perbukitan yang menyajikan panorama indah laut sebelah barat pulau Banggai yang di hiasi oleh rumah-rumah suku Bajo. Dibelakang perumahan penduduk terhampar luas kebun cengkeh milik masyarakat desa. Perlu kita ketahui sektor pertanian merupakan mata pencaharian pokok terbanyak di desa ini (Sumber: statistik desa), ditunjang juga oleh tanaman cengkeh sebagai komoditi yang mendominasi di seluruh pulau Banggai selain kelapa dan cokelat.
Jumlah mahasiswa yang berada di posko desa Monsongan berjumlah 6 orang termasuk saya sendiri. Terdiri dari 4 wanita dan 2 pria, sebenarnya sich kurang balance. Kami diberi kepercayaan oleh pemerintah desa untuk menempati balai desa Monsongan sebagai posko KKN yang akan kami pakai selama kurun waktu dua bulan. Kami pun diterima dengan baik oleh masyarakat desa. Setelah melakukan observasi dan mengidentifikasi permasalahan yang ada di desa baik secara live ataupun dengan melakukan konsultasi, kami pun memprogramkan masalah-masalah tersebut sebagai program kerja kami di desa tersebut, dan sukses di seminarkan di tingkat desa dan tingkat kecamatan. Adapun program kerja kami ialah :
Kegiatan bersifat fisik
Dukungan pemasangan jaringan pipa air bersih
Dukungan pembangunan bak penampung air
Pembangunan tapal batas antar dusun
Dukungan rehabilitasi ringan jembatan.
Pengecetan pagar fasilitas umum.
Kegiatan non fisik
Bantuan pendidikan kepada siswa SD dan PAUD
Pembinaan industri / usaha kecil.Namun kondisi yang kurang prima membuat saya harus rela back to home karena sakit selama kurang lebih 3 minggu. Diagnosa dokter katanya sich kecapean sehingga bakteri Plasmodium Vivax (Malaria Tertiana) dengan leluasa mengobrak-abrik daya tahan tubuhku. Waktu untuk masa penyembuhan aku gunakan untuk mengerjakan segala tugas ataupun laporan selama KKN, baik laporan kelompok maupun laporan individu. Sehingga teman mahasiswa yang lain tak memikirkan lagi hal tersebut, mereka telah menyerahkan seluruh tugas itu kepada saya. Berhubung juga saya punya Laptop jadi bukan masalah untukku.
Edar Dj.Saidia, S.Sos, Kordinator desa posko Monsongan
Beruntung posko kami punya Kordes (kordinator desa) yang multi talenta, Edar Djapar Saidia, S.Sos , Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Badan Kesbang Pol dan Linmas Kab.Banggkep ini memang mempunyai jiwa yang tekun, cekatan, terampil sehingga mampu memimpin teman-teman mahasiswa untuk mensukseskan program kerja kami. Bayangkan saja, dengan ketidak hadiranku otomatis beliau (Edar.red) adalah satu-satunya pria yang tersisa di posko kami. Salut pun kuberikan kepada mahasiswi-mahasiswi posko Monsongan yang tetap menjaga eksistensinya dalam bekerja meski harus turun lansung ke lapangan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik. Kedekatan emosional yang baik dengan bapak Muhdin M.Mataiya selaku kepala desa Monsongan serta aparat dan masyarakat desa merupakan salah satu faktor atau kunci keberhasilan kami. Banyak kebijakan, masukan-masukan yang di berikan oleh Bapak Kades yang berimbas untuk kelancaran program kerja, serta respon yang baik dari berbagai pihak yang ada di desa khususnya karang taruna desa Monsongan. hingga berujung pada acara perpisahan antara mahasiswa KKN dengan masyarakat desa Monsongan pada tanggal 20 Nopember 2010 menjadi satu momen manis yang susah untuk dilupakan.
Hmm...tak terasa waktu sudah larut..., Sampoerna filter ku hanya tinggal sebatang...
Sepertinya sudah waktunya untuk istrahat.....
Haztalavista Monsongan village....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar