Dalam catatan Mpu Prapanca (Negarakertagama) jelas ada disebut Banggawi (Banggai) Butun,wangiwangi, Selayar,dan Bontain, sebagai wilayah Kerajaan Majapahit. “…..muwah tanah i bantayan pramuka bantayan len luwuk tentang udamakatrayadhi nikanang sunusaspupul ikangsakasanusanusa makassar butun banggawi kuni gra-LIYA-o wangi (ng) salaya sumba solo muar,….”( Mattulada mengutip buku ‘Gajah Mada’ karangan Muhammad Yamin, terbitan Balai Pustaka Jakarta tahun 1945).

Sabtu, 16 Juli 2011

PARANOID

  BANGSA KITA SEDANG SAKIT


Mari kita senantiasa membangkitkan semangat baru untuk menguliti semua kebobrokan dan kemunafikan, karena kita harus selalu melihat ketidakbenaran, kemunafikan dengan berapi-api.
 
 
BANGSA KITA TERJANGKIT PARANOID

Negara Indonesia sudah memasuki usia lebih setengah abad, tetapi iklim bangsa berbangsa dan bernegara yang terjadi di Indonnesia tak ubahnya seperti zaman kerajaan berabad – abad silam.saat Indonesia diperbudak oleh bangsa sendiri.dulu, segelintir orang yang menamakan diri raja-raja,dengan dalih melindungi rakyat,telah menurunkan harkat rakyat menjadi setara dengan harkat hewan,sekarang,segelintir orang yang menamakan diri mereka pemerintah dengan dalih melakukan percepatan pembangunan,telah menggadaikan rakyat pada bangsa asing demi dapat menikmati uang hasil utangan.menurunkan harkat manusia yang dipunyai rakyat menjadi buruh upahan yang  murah saja.
Negara republik yang kita agung – agungkan ini sebenarnya tidak seperti negara yang kita cita-citakan.ada yang salah pada diri anak bangsa kita,pada saat mereka menderita, semua mengaku bahwa mereka adalah rakyat, pada saat dijajah dulu, rakyat yang bodoh itu bersatu mendirikan partai, mencetuskan perkumpulan kebangsaan seperti Boedi Oetomo, mengikrarkan Soempah Pemoeda, sehingga semua organisasi yang ada kemudian memakaikan nama Indonesia sebagai cirri organisasi, apapun organisasi mereka.
Kesalahan itu adalah daur ulang Kolonialisme, mungkin karena terlalu lama dijajah, akhirnya bentuk-bentuk penjajahan itu diadopsi sendiri oleh pemimpin, saat mereka mempunyai negara.mereka pun merasa memiliki negara sebagaimana penjajah merasa mereka memiliki tanah jajahan, adopsi seperti ini yang salah.meskipun Jepang hanya menjajah kita selama tiga setengah tahun, system fasisme dan militerisme yang mereka jalankan di Indonesia tertanam dalam-dalam sebagai suatu hal yang sangat mempesonakan bangsa Indonesia.bisa dilihat, bangsa Indonesia sangat suka kepada pakaian seragam, kelompok pengajian atau arisan saja punya seragam.orang-orang sipil dalam birokrasi negara memakai pakaian seragam yang sok militer, dan mereka bersikap tegak seperti dalam baris-berbaris tentara bila berdiri didepan atasannya, cara member hormat pun memakai cara tentara, termasuk saat berupacara bendera, semua menjadi tentara dan menghormat bendera laksana tentara. bahkan ada partai yang mempunyai barisan tukang pukul yang mereka namakan barisan keamanan dengan pakaian seragam yang menyerupai tentara, sepertinya partai-partai itu lebih siap untuk tawuran daripada berdiplomasi.
Jadi sulit memang untuk percaya pada politisi, sukar bagi rakyat untuk mempercayai pemerintah, juga sukar untuk mempercayai partai politik, sukar juga untuk mempercayai DPR dan MPR. Memang para politisi ini menjadi sumber kegagalan kehidupan di Indonesia sejak masa kemerdekaan. Tahun 1945 mereka berhasil membebaskan negara ini dari penjajahan negara lain, tapi rakyatnya tertindas terus. celakanya lagi, kondisi pemuda zaman sekarang loyo-loyo tak bersemangat, “ sekarang ini anak mudanya suka asal, melakukan sesuatu tanpa tahu asal-usulnya, serta tak mempunyai insting dan naluri yang kuat lagi.
Meski keadaan sudah sampai pada taraf parah seperti sekarang ini, tidak berarti negara bangkrut, yang kacau itu hanya partai saja,hanya parlemen saja,hanya pemerintah saja. Jangan dikira kalau mereka tidak ada negara jadi bangkrut, sebab unsur terpenting sebuah negara adalah rakyat, negara ini kepunyaan rakyat. sebagai bukti, kemerdekaan Indonesia adalah hasil buatan rakyat, bukan buatan negara juga sumpah pemuda bukan buatan pemerintah. Sebelum adanya partai, pemimpin partai itu bukanlah tokoh politik yang hebat, mereka ada karena didukung rakyat.
Namun kita berharap agar kita tak patah semangat, hilangnya kepercayaan ini dapat diobati dengan menegakkan keadilan, institusi yang ada itu tak mungkin dibubarkan karena membutuhkan institusi untuk legalitas, sementara itu kita juga memberdayakan rakyat. sebenarnya rakyat kita itu hebat, sementara pemerintah mengatakan ekonomi terpuruk, ya ekonomi kota, ekonomi didaerah tidak krisis, yang terpuruk itu kan konglomerat, pendapatan konglomerat tak cukup membayar utang. Orang pusat boleh berkata, daerah tak berdaya, padahal kalau masuk ke daerah-daerah, lihat betapa bergairahnya rakyat disana, sepertinya ada kecenderungan, kalau jauh dari pemerintah rakyat jadi berdaya dan tak tumpul ekspresinya.
Orientasi kita salah, tidak mempunyai desain ekonomi sendiri, sehingga gampang saja didikte IMF, misalkan kita mempunyai desain ekonomi sendiri tentu mereka tak akan ikut campur. IMF melihat kita tak punya desain sendiri ya dipaksakannya cara ekonomi mereka. ahli ekonomi kita terpelajar, tetapi mereka aneh. merasa sudah melakukan sesuatu tetapi sebenarnya belum. sebelum system perbankan dimatangkan pemerintah sudah buru-buru melikuidasi bank-bank, akibatnya bukannya bank yang ada menjadi sehat, tetapi malah ditinggalkan nasabahnya.salah minum obat.kita hanya memikirkan uang mengucur segera dari IMF,semata-mata memikirkan bagaimana cara konglomerat bisa segera membayar utang, jadi bayar utang pakai utang lagi.aneh.”
Bangsa kita telah terjangkit penyakit Paranoid, kalau dulu orde baru atau orde lama sangat takut dengan berbagai hal, sedemikian takutnya sehingga ide yang masih dalam kategori pemikiran pun harus dihukum, maka setelah itu ganti rakyat dan komponennya mengalami penyakit serupa, paranoid. Lapisan masyarakat terbawah sampai strata tertinggi.pada tingkat bawah orang dengan mudah terpancing untuk ikut dalam amuk masa. Membakar orang dengan modal teriakan ‘ maling ‘ menjadi sebuah hal mengasyikkan.dalam strata tertinggi kita ambil contoh betapa kasak-kusuknya kalangan elite menyikapi wacana negara federal yang diajukan Amien Rais. Juga saat Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan usulan untuk mencabut TAP MPRS nomor sekian-sekian tentang pelarangan ajaran komunisme,leninisme dan marxisme. Termasuk juga betapa kasak-kusuknya baik presiden maupun partai-partai mengenai memorandum.kita ini lucu, tak ingin mengakui negara federal, tetapi selama ini memakai system federal. Kefederalan negara kita itu bisa dilihat dari system Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang mencantumkan nama daerah tingkat dua masing-masing. Dan KTP itu, walau katanya berlaku nasional, ternyata menjadi sebuah pengakuan bahwa setiap daerah sudah mengakui system federasi tersebut, juga terlihat dalam kebijakan pemerintah menentukan upah minimum regional (UMR) yang berbeda-beda untuk setiap daerah. Jadi mengapa dipaksakan negara kesatuan kalau sebenarnya bangsa Indonesia memang butuh negara federal.
Penilaian ini diberikan untuk menjadi sebuah wacana baru yang patut dipikirkan masyarakat dalam menyambut pemilihan presiden 8 Juli 2009 esok hari, semoga kita dapat memberikan yang terbaik untuk negara tercinta ini. Tapi intinya jangan sampai kita, rakyat, jatuh dalam jurang polemic. Kita memang miskin, semoga masih ada kegagahan dalam kemiskinan itu.


                                                                                                                            
                                                      KUMALA BENGGAWI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar